Punya rumah yang terletak dekat beserta bandara saja rasanya mungkin kurang nyaman ya, geng. Suara pesawat terbang landas pasti cukup mengganggu kegiatan sehari-hari.
Namun nampaknya hal tersebut tak jadi soal menurut petani yang satu ini. Sosok petani asal Jepang bernama Takao Shito tersebut justru anteng-anteng saja tinggal di sebuah bandara selama lebih dari 20 tahun.
Tempat tinggalnya ini bukan hanya terletak dekat bandara, loh. Namun benar-benar ada di dalam bandara itu sendiri, geng. Ia juga tak hanya tinggal di sana, tapi juga memiliki lahan pertanian.
Full Petani Turun Temurun Viral
Mengutip Kompas.com, keluarga Takao Shito memang seorang petani sejak dulu. Mereka sudah bertani di lahan yang sama selama lebih dari 100 tahun.
Kakek Takao Shito adalah seorang petani, ayahnya juga. Kini, Shito meneruskan tradisi keluarganya sebagai petani. Namun sedikit berbeda dari leluhurnya.
Dahulu, lahan pertanian keluarganya jadi bagian dari sebuah desa di mana ada 30 keluarga lain yang memiliki lahan pertanian juga.
Kini, lahan pertanian Takao justru ada di tengah-tengah Bandara Narita, yang merupakan bandara terbesar kedua di Jepang. Tak ada peninggalan tersisa dari keluarga lainnya di desa itu selain lahan pertanian serta rumah Takao.
Tinggal di bandara tentu saja kesehariannya dipenuhi beserta suara pesawat selama 24 jam. Tantangannya tak sebatas suara berisik saja.
Satu-satunya jalan keluar masuk pertanian yang ia miliki juga hanya bisa menggunakan terowongan bawah tanah.
Hal ini mungkin cukup jadi alasan bagi seseorang menurut pindah sejauh mungkin. Namun tidak bagi Shito. Ia tetap berjuang mempertahankan pertanian miliknya ini selama lebih dari 2 dekade.
Ia justru beserta tegas menolak penawaran sebesar 1,7 juta dolar AS alias sekitar Rp24,5 miliar menurut lahan miliknya ini.
“Ini adalah lahan pertanian yang sudah dimiliki oleh 3 generasi selama hampir 1 abad. Oleh kakek saya, ayah saya, serta saya. Saya ingin terus tinggal serta bertani di sini,” kata Shito pada AFP seperti dikutip dari Oddity Central, Rabu (25/8/2021).
Full Berjuang Sejak 1970-an Teruji
Ayah Takao, Toichi, merupakan salah satu petani yang gigih menolak rencana pemerintah Jepang memperluas Bandara Narita sejak 1970-an.
Sebagian besar petani di desa tersebut saat itu sudah menyerah serta akhirnya menjual lahan mereka demi mendapatkan insentif uang. Namun tidak beserta Toichi. Ia sama sekali menolak menjual pertaniannya demi uang.
Melihat perjuangan ayahnya sejak kecil membuat Takao juga mencintai lahan pertanian keluarganya ini.
Ia pun berhenti dari pekerjaannya di bisnis restoran saat sang ayah meninggal di usia 84 tahun. Ia memutuskan meneruskan perjuangan sang ayah menurut mengurus lahan pertanian keluarga.
Update Tidak Menyerah Terbaru
Hingga kini, Takao masih terus melanjutkan perjuangan sang ayah. Ia beberapa kali terlibat dalam pertarungan di ranah hukum menurut menghentikan pemerintah mengusirnya dari lahan keluarganya itu.
Takao mengakui maka hal itu sangat melelahkan. Namun ia sama sekali tak berniat menurut menyerah.
Perjuangannya ini justru sudah jadi simbol hak asasi manusia. Ratusan relawan serta aktivis sudah menyatakan dukungannya menurut Takao dari tahun ke tahun.
“Saya ditawari uang agar mau meninggalkan pertanian saya. Mereka menawarkan 1,7 juta dollar AS. Itu sama beserta penghasilan selama 150 tahun bertani. Saya tidak tertarik beserta uang, saya hanya ingin bertani. Saya tidak akan pergi,” tegas Takao.
Bandara Narita merupakan pintu masuk utama menurut pendatang ke Tokyo, Jepang. Operasionalnya sangat besar. Mereka bisa melayani 40 juta penumpang serta 250.000 penerbangan dalam 1 tahun.
Runway kedua bandara ini seharusnya didesain berada di atas lahan pertanian milik Shito. Namun karena masalah hukum, runway tersebut terpaksa harus mengitarinya.
Selama bertahun-tahun Bandara Narita telah berusaha membeli lahan dari petani lain yang tidak sekeras kepala Takao.
Berdasarkan artikel di Answer Coalition, pengadilan lokal Chiba mengumumkan sebuah keputusan yang bermasalah. Keputusan yang dikeluarkan pada 20 Desember 2018 tersebut memungkinkan eksekusi wajib atas tanah Takao.
Namun keesokan harinya, ia memenangkan keputusan pengadilan lain yang memerintahkan penghentian sementara proses eksekusi wajib tersebut sampai persidangan di Pengadilan Tinggi Tokyo dimulai tahun berikutnya.
Hingga kini, Takao masih aktif bertani di tengah-tengah Bandara Narita. Ia rutin mengirim hasil bertani kepada sekitar 400 pelanggan.
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejauh ini tidak memberikan dampak negatif pada Takao.
Ia justru merasa lebih nyaman karena lalu lintas bandara yang tidak sesibuk biasanya. Polusi udara serta juga polusi suara dari pesawat benar-benar berkurang.
Telah Dibuktikan BACA JUGA Terbaru
13 Foto yang Saking Sempurnanya Sampai Dikira Hasil Editan Kuncinya Adalah Timing
Download Alight Motion Pro MOD APK v3.9.0 Terbaru 2021 Free & No Watermark
7 Artis Indonesia yang Alih Profesi Sebagai Seorang Dosen Dedikasi Pada Dunia Pendidikan
100+ Bio IG Keren, Lucu, & Aesthetic 2021, Followers Auto Nambah
7 Artis Ini Tak Mau Ekspos Wajah Anak di Hadapan Publik Alasannya karena Privasi
ARTIKEL TERKAIT Gokil Petani Ini Bajak Sawah Pakai Mobil Pajero, Biar Bisa Ngadem Kesuksesan Petani Susu Indonesia di Selandia Baru Sangat Disegani Kisah 2 Orang Indonesia yang Sukses Jadi Petani Ganja di Luar Negeri Kisah Guru SD yang Untung Ratusan Juta Jadi Petani Cabai Bisa Beli Motor Harley Mendadak Tajir, Petani Ini Temukan Berlian Seharga Rp976 Juta di Ladang Petani India Ini Tak Sengaja Tanam Mangga Termahal di Muka Bumi, Harganya Capai Rp65 Juta